LENSAJATIM || Dengan mengusung tema 'Ideologi Pancasila Sebagai Benteng Menangkal Ancaman Radikalisme dan Sparatisme', Kodim 0813 Bojonegoro, Jawa Timur, menggelar Komunikasi Sosial (Komsos) Cegah Tangkal Radikalisme/Separatisme di Gedung Ahmad Yani Markas Kodim setempat, Jum'at (16/6/2023).
Hadir dalam kegiatan ini Kasdim 0813 Bojonegoro, Mayor Kav Sony Ranu Utama, Pasiter Kodim 0813 Bojonegoro, Kapten Inf Surahmat, Wakil Rektor II Unugiri, Dr. Yogi Prana Izza Lc., MA., para pengurus IPNU dan IPPNU Bojonegoro, Pengurus PD Ikatan Pelajar Muhammadiyah Bojonegoro, Banser NU Bojonegoro, Perwakilan Kokam Muhammadiyah, BEM IKIP PGRI Bojonegoro, BEM Unugiri Bojonegoro serta perwakilan BEM Unigoro Bojonegoro.
Dandim 0813 Bojonegoro Letkol Arm Arif Yudo Purwanto, dalam sambutannya yang dibacakan Kasdim, mengatakan, dalam pertahanan semesta yang digunakan oleh bangsa Indonesia TNI merupakan tumpuan sebagai komponen utama pertahanan konsekuensi dari hal tersebut adalah TNI harus selalu melakukan upaya untuk mensinergikan seluruh komponen pertahanan utama, cadangan dan pendukung.
Upaya yang sangat efektif, dan efisien untuk mendeskripsikan sekaligus mewujudkan kekuatan Ruang Alat dan Kondisi (RAK) Juang yang tangguh adalah Pembinaan Teritorial (Binter). Menurut Dandim, Binter tersebut dapat dilakukan melalui tiga metode yaitu Bhakti TNI, Pembinaan Perlawanan Wilayah dan Komunikasi Sosial (Komsos).
Komsos, merupakan salah satu metode Binter yang dapat dilaksanakan secara langsung maupun tidak langsung oleh setiap prajurit dan Satuan jajaran Kodim 0813 Bojonegoro guna membangun pemahaman dan pengertian bersama serta melahirkan kepentingan bersama dalam rangka mewujudkan tujuan bersama.
"Diharapkan, dengan penyelenggaraan kegiatan Komsos ini dapat mewujudkan ketahanan wilayah yang kuat dalam rangka tetap tegak dan utuhnya wilayah NKRI," kata Dandim dalam sambutanya.
Selaku pemateri dalam acara ini, Wakil Rektor II Unugiri Bojonegoro, Dr. Yogi Prana Izza, Lc., MA., memaparkan tentang Menakar Potensi Radikalisme di Perguruan Tinggi. Bahwa proses radikalisme mulai terjadi di perguruan tinggi dan lembaga pendidikan dengan menyusupkan dalil-dalil dalam pengajian dengan cara perintah jihad.
Keterlibatan mahasiswa dalam aksi terorisme sudah terjadi pada kurun waktu di tahun 2010 - 2019 dengan berbeda beda jaringan. Sehingga pihaknya menghimbau, berbijaklah dengan teliti dalam menjalani pendidikan baik di universitas maupun pengajian atau acara kajian-kajian yang mengarah ke radikalisme.
Menurut dia, radikalisme selalu mendambakan kerusuhan. Jika orang normal mendambakan kedamaian, tetapi radikalisme mendambakan kerusuhan. Dewasa ini, kaum muda dan mahasiswa menjadi sasaran radikalisme dengan cara menyusup di dalam aktifitasnya selama pendidikan.
"Harapanya, TNI dalam hal ini Kodim 0813 Bojonegoro terus bersinergi mendampingi para pelajar di Bojonegoro, bekerjasama dengan lembaga pendidikan untuk terus memberikan penguatan wawasan-wawasan kebangsaan, cinta tanah air dan bela negara," ujarnya.
Kurniawan Triasmara, Mahasiswa Fakultas Saintek Unigoro Bojonegoro, mengucapkan terima kasih dan mengapresiasi kepada jajaran TNI Kodim 0813 Bojonegoro yang telah menyelenggarakan kegiatan ini. "Kami berharap, kegiatan seperti ini bisa dilaksanakan sesering mungkin secara berkala dengan melibatkan banyak mahasiswa dari seluruh kampus-kampus yang ada di Bojonegoro," pungkasnya.(Pen/Red)