LENSAJATIM ꞁꞁ Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa bersama Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) meresmikan enam Desa Devisa baru di Jawa Timur pada gelaran East Java Export Festival di Hotel Novotel Samator Surabaya, Selasa (1/11/2022).
Keenam Desa Devisa tersebut yaitu Desa Parengan (Tenun Ikat) di Kab. Lamongan, Desa Punjung (Olahan Jahe) di Kab. Pacitan, Desa Minggirsari (Kendang Jimbe) di Kab. Blitar, Desa Ngubalan (Kerajinan Akar Jati) di Kab. Ngawi dan dua Desa Batik dan Tenun Gedog di Kab. Tuban yaitu Desa Margorejo dan Desa Kedungrejo.
Pengukuhan dan Peresmian Desa Devisa ini ditandai dengan pemakaian rompi kepada
enam pimpinan lembaga Desa Devisa oleh Gubernur Khofifah didampingi Direktur
Pelaksana Bidang Hubungan Kelembagaan LPEI Chesna F. Anwar, Direktur Eksekutif
LPEI Arus Gunawan dan Kadisperindag Prov. Jatim.
Atas diresmikannya enam Desa Devisa baru ini, Gubernur Khofifah mengaku
optimistis akan mampu meningkatkan kinerja ekspor di Jatim utamanya dari
pengusaha yang berbasis UMKM. Sehingga, dalam waktu yang sama akan bisa
meningkatkan kesejahteraan para pengrajin.
"Alhamdulillah hari ini bertambah 6 Desa Devisa di Jawa Timur. Kita
berharap ini bisa meningkatkan kinerja ekpsor, dan sekaligus bisa meningkatkan
kesejahteraan masyarakat utamanya pengrajin," urai Khofifah sapaan akrab
Gubernur Jatim.
Gubernur Khofifah menambahkan, tujuan utama Desa Devisa adalah untuk mengekskalasi market produk lokal untuk bisa masuk ke pasar ekspor. Yang mana, dalam program ini juga disediakan mentor-mentor ahli yang akan mendampingi pelaku usaha untuk bisa meningkat daya saingnya hingga produknya laku di pasar ekspor.
Sehingga, Program Desa Devisa disebutnya sebagai bentuk nyata bahwa
pemberdayaan masyarakat, utamanya untuk ekspor bisa dimulai dari lini mana
saja.
"Melalui Program Desa Devisa ini, bisa kita petakan dan prioritaskan
wilayah yang memiliki produk unggulan sejenis, atau produk complementer.
Sehingga dapat saling memperkuat dan menguatkan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat," terangnya.
Ke depan, Gubernur Khofifah berharap, kuota Desa Devisa di Jatim dari LPEI
semakin ditambah. Sebab, secara tidak langsung Desa Devisa sebagai merupakan
jembatan produk lokal untuk menjadi kunci pertumbuhan ekonomi Jatim, bahkan
nasional.
"Ini ikhtiar kita bersama dalam mendukung agar bisa tercapai perluasan market dan peningkatan daya saing dari produk-produk UKM dan IKM kita hingga ke pasar global," pungkasnya.
Sementara itu, Direktur Pelaksana Bidang Hubungan Kelembagaan LPEI, Chesna F Anwar menyampaikan bahwa peluncuran desa devisa ini merupakan kegiatan pemerintah dalam mengembangkan UMKM agar bisa menembus pasar ekspor.
"Tujuan desa devisa adalah mengembangkan UMKM agar bisa tembus ekspor.
Program kolaborasi hingga bulan September 2022 yang sudah kami laksanakan yaitu
pelatihan pada 604 peserta dan menghasilkan 50 eksportir baru," urai
Chesna.
Chesna menambahkan, desa devisa di Jatim adalah yang terbanyak di Indonesia.
Dimana, sebelum penambahan enam desa devisa telah ada pendampingan LPEI pada 22
desa devisa di Jatim. Karenanya, dengan tambahan Desa Devisa hari ini, pihaknya
optimistis akan semakin mendorong produk lokal Jatim tembus ke pasar global.
"Ini merupakan desa devisa terbanyak di Indonesia. Dan dari segi
Pembiayaan ekspor segmen UMKM, LPEI telah menyalurkan pembiayaan ekspor Rp 5,4
trilliun per Juni 2022," ungkapnya.
Acara peresmian Desa Devisa ini juga dihadiri antara lain, Konsul Jenderal
Jepang di Surabaya, Konsul Kehormatan Filipina di Surabaya, Direktur Eksekutif
LPEI Arus Gunawan , Direktur Pengembangan Pasar dan Informasi Ekspor Ditjen PEN
Kemendag RI, Dewan Direktur LPEI, Ketua Kadin Jatim, Ketua KADIN Jatim, Ketua
dGPEI Jatim, serta Ketua GINSi Jatim.(*/Red)